Rabu, 04 November 2015

Sejarah Desa Blado Wetan



Tersebutlah di sebuah daerah yang terpencil, disana terdapat sebuah daerah yang sangat religious. Penduduknya hidup bertani. Tepat ditengah tengah desa tersebut ada sebuah pohon yang sangat besar, mungkin sudah ratusan tahun atau ribuan tahun pohon tersebut hidup. Namun di balik ketenangan kehidupan masyarakat tersebut ada api yang bisa saja menyulut perpecahan di dalam desa tersebut.
Meskipun daerah yang religious, akan tetapi masyarakat desa tersebut masih belum bisa mengenal Tuhan secara utuh, mereka menganggap bahwa keberadaan pohon tersebut disalah artikan sehingga banyak masyarakat yang meminta pada pohon tersebut keberkahan. Masyarakat sebelah barat pohon menganggap merekalah yang berhak menguasai pohon tersebut, begitu pula sebaliknya.
Hingga suatu ketika daerah tersebut mengalami kekeringan yang luar biasa, rakyat awalnya hidup rukun kini menjadi egois dan mementingkan kehidupan sendiri sendiri. Masyarakat semakin banyak yang meminta pertolongan pada pohon tersebut, mereka berebutan untuk mendekati pohon tersebut. Sehingga terjadi perkelahian antar warga.
Disaat perkelahian masih berlangsung muncullah seorang kyai yang menyerukan untuk menghentikan perkelahian tersebut. Warga pun terhenyak. Disaat itu pula sang kyai mengangkat tangannya sembari memanjatkan doa. Tiba-tiba terdengarlah suara petir menggelegar, diikuti hujan yang sangat lebat, warga pun lari ke rumah masing-masing. Kemudian datanglah banjir besar ang membelah dua pohon tersebut. Dan meninggalkan bekas aliran banjir, pohon tersebut membelah kebarat dan ketimur.
Keesokan harinya warga pun berduyun-duyun mendatangi pohon tersebut, pohon tersebut terbelah menjadi dua (bahasa Madura bellah due ). Wrga pun lama lama menyebutnya “Bladue”. Daerah yang terbelah disebelah barat pohon dinamakan Blado Kulon dan yang sebelah timur menjadi Desa Blado Wetan

0 komentar:

Posting Komentar